Pesantren berbasis kemandirian adalah konsep pendidikan yang semakin relevan di era globalisasi saat ini. Dalam konteks ini, pesantren tidak hanya diharapkan mampu menjaga tradisi-tradisi keislaman yang telah ada sejak lama, tetapi juga harus mampu menyelaraskan diri dengan kebutuhan zaman yang terus berubah.
Menurut KH. Mustofa Bisri, seorang ulama dan intelektual Islam asal Indonesia, “Pesantren berbasis kemandirian adalah pesantren yang mampu menghasilkan santri-santri yang mampu mandiri dalam berpikir dan bertindak, serta mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.”
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional memang memiliki nilai-nilai yang sangat kuat dalam menjaga tradisi dan kearifan lokal. Namun, pesantren juga harus mampu mengikuti perkembangan zaman agar tidak terpinggirkan dalam dunia pendidikan yang semakin modern.
Menurut Dr. Asep Saeful Muhtadi, seorang pakar pendidikan Islam dari Universitas Pendidikan Indonesia, “Pesantren berbasis kemandirian harus mampu memadukan antara nilai-nilai tradisional dengan kebutuhan zaman yang terus berubah. Pesantren harus mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan potensi santri agar mampu bersaing di era globalisasi.”
Dalam konteks ini, peran para kyai dan ustaz sebagai pemimpin pesantren sangatlah penting. Mereka harus mampu menjadi teladan bagi santri-santri dalam menjalin harmoni antara tradisi dan kebutuhan zaman. Menurut KH. Ma’ruf Amin, Wakil Presiden RI, “Pesantren berbasis kemandirian harus mampu menciptakan generasi yang berakhlak mulia, berwawasan luas, dan mampu bersaing di era digital.”
Dengan adanya pesantren berbasis kemandirian yang mampu menyelaraskan tradisi dengan kebutuhan zaman, diharapkan pesantren dapat tetap relevan dan menjadi lembaga pendidikan yang mampu mencetak generasi yang berdaya saing tinggi. Pesantren bukan hanya menjadi tempat untuk mempelajari agama, tetapi juga menjadi tempat untuk mengembangkan potensi diri dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan zaman.